Dosa dan Pahala

Rabu, 18 November 2009



Sekali peristiwa raja Yaman pergi berburu, dan Ibraha pun naik seekor kuda mengiringkan raja, menantikan perburuan ke luar padang. Maka dihalau oranglah akan segala binatang dari dalam hutan itu. Maka keluarlah seekor kijang, maka diusir oleh raja Yman akan kijang itudengan kudanya, dan Ibraha pu mengikuti dari belakang. Maka Ibraha pun memanah kijang itu. Dengan takdir Allah taala terkena kepada telinga raja Yaman, maka putuslah, dan habis tubuhnya berlumur dengan darah. Maka raja Yaman pun terlalu murka akan dia, lalu disuruhnya tangkap Ibraha itu hendak dipenggal lehernya.
Telah Ibraha sudah tertangkap, maka dibawa oranglah ke hadapan raja. Maka Ibraha pun sujud kepada kaki raja, sembahnya, “Ya Tuanku syah alam! Bahwa tiada sekali-kali hambamu berniat sahaja hendak memanah duli syah alam. Hanyalah kasad hambamu hendak memanah kijang juga; telah sudah gerang dikehendaki Allah taala atas hambamu. Jika dibunuh pun hambamu oleh syah alam, apakah daya? Melainkan harap hambamu karunia raja, padahal tiada hambamu sahaja. Jika diampuni raja akan hambamu, bahwa Allah taala yang membalas dia dan mengampuni dosa raja, seperti firmann-Nya yang maha mulia, Inna’Illaha Ia jadlija adjra’I mahsinina”, yakni: Bahwa sesungguhnya Allah taala tiada menyia-nyiakan orang yang berbuat kebajikan akan seorang hambanya.
Setelah didengar raja kata Ibraha demikian itu, maka raja pun berpikir seketika, “Sesungguhnya telah banyaklah dosaku kepada Allah taala! Berapa sudah segala hamba Allah mati dengan tiada sebenarnya dosanya! Baiklah kuampuni dosa Ibraha ini; lagi pun tiada disengajanya mamanah daku. Kalau-kalau dibalaskan Allah taal segala dosaku yang dahulu-dahulu itu, niscaya dibalaskan dibalaskan Allah pula kebajikan akan daku pada mengampuni dosanya; sudahlah dengan takdir Allah taaala atasku. Baiklah kuhalaukan dia ke negeri yang lain.
Setelah sudah baginda pikir emikianitu, maka titah raja, “Hai Ibraha, telah kuampunilahdosamu, tetapi nyahlah engkau daripada negeriku ini ke negeri yang lain, dari karena jika tersedar aku akan telingaku yang putus ini, niscaya ngeran juga hatiku akan dikau.”
Setelah Ibraha mendengar titah raja demikian itu, maka ia pun bermohonlah kepada raja, lalu nyahlah ia dari pada raja, maksudnya hendak ke negeri yang lain. Maka raja Yaman pun kembalilah ke istananya.
Maka raja Rinji pun beroleh khabar, bahwa akan ananya Ibraha itu ada di negeri Yaman, maka disuruh raja seorang menetri ke negeri Yaman, pura-pura berniaga, serta membawa surat akan anaknya dengan kirimannya. Maka menteri itu pun pergilah ia.
Setelah sampai ke negeri Yaman dengan takdir Allah taala maka bertemulah ia dengan Ibraha. Maka diunjuknyalah surat serta kiriman daripada ayahnya itu. Setelah disambut surat dan kiriman itu lalu dibacanya. Setelah sudah maka ujarnya, “Hamba pun sahaja rindu akan ayahanda bunda. Marilah kita pulang.”
Hatta maka menteri pun berlayarlah membawa Ibraha kembali kepada ayha bundanya. Setelah sampai, maka Ibraha pun masuk menghadap ayahanda bunda kedua. Maka raja Rinji pun terlalu amat sukacita hatinya oleh bertemu dengan anaknya itu. Maka diserahkannyalah segala hukum memeriksa segala rakyat dalam negeri itu kepada Ibraha. Maka diperbuatnyalah suatu balai di tepi sungai, di sanalah ia dudukmemeriksa dakwa segala hamba dalam negeri itu.
Sebermula akan raja Yaman tersedarlah ia akan Ibraha, maka disuruhnya cahari tiadalah bertemu lagi dengan Ibraha.
Maka tith raja Yman, ”Kemanakah gerangan perginya dari negeri ini?”
Hatta sekali peristiwa raja Yman hendak pergi ke lautbermain-main dengan menteri hulubalang rakyat sekalian. Mka berangkatlah raja itu dan beberapa ratus erahu mengiringkan dia.
Takdir Allah taala lima hari lima malam ia di laut bermain-main dan berlomba-lomba, maka turunlah taufan yang amat besar. Mka segala perahu itu pun cerai-berai pecah-belah tiada berketahuan. Maka perahu raja Yaman pun karamlah. Maka raja Yaman pun berpegang pada sekeping papan, dan segala menteri hulubalangnya pu habis mati. Dengan takdir Allah taala tujuh hari tujuh malam raja Yaman dalam laut itu, tiada makan dan minum, dengan lapar dahaganya. Mka terdamparlah ia ke tepi, maka tidurlah ia pada tepi pantai itu.
Maka telayan pun pergi mencari ikan pada tempat itu, lalu bertemu dengan raja Yaman. Maka sangatlah kasihan telayan itu akan dia, lalu diberinya makan dan minum air, maka baharulah segar rasa tubuh raja Yaman sedikit, dapat berkata-kata.
Maka kata raja Yaman, “Hai mamak telayan! Negeri mankah ini?” Maka sahut telayan itu, “Bukanya negeri Yman, inilah negeri raja Rinji.” Maka raja Yman pun berjalanlah perlahan-lahan dengan letih lesunya. Mka daripada waktu asyar datang kepada waktu magrib ditolongi Allah taala, maka sampailah ia ke negeri, lalu masukberjalan-jalan di pasar. Tiadalah ia terjalan lagi, lalu masuk ke bawah kedai seorang biaperi, maka tidurlah ia di sana.
Hatta maka datang seorang penculik naik ke rumah biaperi itu dan diambilnya segala hartanya. Mka darah biaperi pun jatuh ke tanah kena pada raja Yman, dan raja Yman pun tiada khabarkan dirinya daripada sangat letih tubuhnya.
Setelah itu waktu pun fajarlah, maka huru-haralah orang dalam pasar itu mengatakan penyamun, biaperi pun sudah mati dibunuhnya. Maka datanglah orang biaperi itu, maka dilihatnya seorang-orang fakir tidur di bawah rumah biaperi itu. Maka ditangkap oranglah akan fakir itu, lalu dibawanya kepada raja Rinji. Maka kata orang banyak, “Ya Tuanku, fakir inilah yang membunuh biaperi itu, lalu ia tidur di bawah kedainya.”
Maka titah raja Rinji, “Hai fakir, engkaulah yang membunuh biaperi itu?”
Maka sembah fakir, “Ya Tuanku Syah Alam hambamuseorang fakir rusak karam dalam laut,maka jatuh ke negeri ini, lalu hambamu naik berjalan-jalan di pasar, tiadalah hamba larat berjalan. Maka lalu hambamu masuk tidur di bawah kedai orang itu, tiada hambamu membunuh yang empunya kedai itu, dan tiada hamba ketahui akan dia berbunuh-bunuh itu, dan darahnya pun habis kena pada tubuh hamba.”
Maka kata segala menteri, “Ya Tuanku, ialah membunuh biaperi itu, karena tandaya darah berlumur pada tubuhnya.”
Maka pikir raja Rinji, “Ya ini sorang Darwisy. Seperkara lagi, jika ia membunuh, betapa pula ia tidur di bawah kedainya. Jika tiada kuperiksa tiada benar aku pada segala manusia. Baiklah kusuruh penjarakan dahulu.”
Maka titah raja Rinji, “Bawalah ia ini ke dalam penjara supaa kita periksai.” Mka dibawa oranglah raja Yaman masuk ke dalam penjara.
Maka pada suatu hari, raja Ibraha, anak raja Rinji, pergi ke balai di tepi sungai, melihat segala menteri memeriksa orang dalam penjara itu. Maka dikeluarkan oranglah raja Yman dari dalam penjara akan diperisai. Maka raja Yman pun berdiri di tanah.
Hatta maka datang seekor dindang hinggap pada taburan balai raja itu. Maka diambil raja Yman suatu batu yang tajam, dalam hatinya, “Jika kenalah dindang ini kulutar,niscaya segeralah aku dilepaskan orang dari dalam penjara.”
Hatta maka dilutarnyalah akan dindang itu, dengan kuasa Allah taala serta takdirnya, tersalah daripada dindang itu, maka terkenalah telinga raja Ibraha, itu pun putuslah darahnya berlumur-lumur pada egala tubuhnya.
Hatta terkejutlah segala orang banyak. Mka kata segala menteri, “Haruslah ita bunuh orang ini, nyatalah ia orang jahat, telinga orang raja diputuskannya.”
Maka sahut raja Yaman, “Bahwa sekali-kali tiada hamba melutar anak raja itu. Bahwa yang hendak hamba lutar dindang juga. Apakah daya hamba? Sudahlah gerang dituntut ajal hamba. Dapatkah hamba salahi lagi? Tetapi sekali-kali tiada hamba berniat hendak khianat akan amak raja itu.”
Setelah itu maka dibawa oranglah raja Yaman kepada raja Rinji, dan dipersembahkan orang, “Bahwa telinga paduka anakanda sudahputus ole Darwisy itu.” Maka raja Rinji punkeluar dengan murkanya lalu bertitah , “Hai Darwisy, apa sebabnya kau putuskan telinga anakku itu? Bahwa kasihan hatiku membunuh dikau dikatakak orang membuuh biaperi itu, sekarang kulihat pula akan daku karena memutuskan telinga anakku.”
Maka sembah raja Yaman, “Tuanku Syah Alam, tiada sekalikali hamabmu sahaja hendak memutuskan telinga paduka anak hamba itu. Apatah daya hambamu, sudahlah dengan takdir Alat taala atas hambanya. Jika raja hendak membunuh hamba pun, apakah daya hamba? Tetapi teraniayalah hamba, melainkan pohonkan hukum atas hambmu sepeti hukum Allah taala, yang merumpungkan telinga orang itu, dirumpungkan juga balasnya.”
Maka titah raja Rinji, “Jika demikian bawalah ia ini, rumpungkan telingannya itu.” Hatta hendak dirumpung oranglah telinga raja Yaman. Setelah dilihat orang telinganya sudah rumpung, maka kata orang itu, “Sesungguhnya ia ini orang jahat, maka telinganya ini sudah dirumpung orang.”
Hatta maka disembahkan mereka itu kepada raja, “Ya Tuanku syah Alam, nyatalah ini orang jahat, akan telinganya ini pun sengaja sudh dirumpung orang, baiklah kita bunuh sekalian akandia.”
Maka titah raja Rinji, “Bawa kemari! Kita hendak periksa awalnaya.”
Maka dibawa oranglah akan raja Yaman itu ke hadapan raja. Maka titah raja Rinji, “Hai orang celaka! Apa awalnya, maka telingamau dirumpung orang?”
Maka sembah raja Yaman, “Ya Tuanku, demikian awalnya. Akan hamba inianak raja Ymana, maka ada seorang khadim hamba bernama Ibraha, terlau sekali kasih hamaba akan dia, tiadalah dapat bercerai dengan dia. Maka ada pada suatu hari hamba pergi berburu, maka hamba megusir kijang, dan Ibraha pun mengikuti dari belakang hamba dengan seekor kuda.
Maka dinahnya kijang itu, tersalah daripada kijang, maka terkena pada telinga hamba: daripada kasih hamba akan dia, dan banyaklah dosku membunuh orang, pada sekali ini baiklah kuampuni akan dia. Maka hamba halaukan akan dia ke luar negeri. Kemudian maka hamba suruh cahari akan Ibraha itu, tiadalah bertemu lagi. Maka hamba pun pergi bermain ke laut. Dengan takdir Allah taala turun taufan hingga rusak perahu hamab; maka berjawat sekeping papan, dan beberapa ratus rakyat hamba bercerai-berai tiada berketahuan. Telah itu, maka terdampar hamba ke tepi laut, lalu naik hamba berjalan-jalan di pasar. Maka daripada sangat letih rasa tubuh hamba, tiada larat berjalan, maka lalu hamba tidur di bawah kedai biaperi. Inilah awal hamba. Sekarang tiada tiadalah hamba sembunyikan kepada raja barang kelakuan hamba itu. Dan paduka anakanda itu pun tiada sehaja melutar dia, hamab hendak melutar dindang jua, dalam hati hamba. Apatah daya hamba, sudah dikehendaki Allah taala atasa hamba.”
Setelah didengar raja Rinji kata raja Yaman itu, maka ia pun turun dariatas takhta kerajaanya, lalu menguarai ikat raja Ymana, lau dipermulianay seperti adat raja-raja dan dipersalinnya daripada pakian yang indah-indah. Maka menghadaplah ia kepada raja Yaman, dan Ibraha pun datang.
Maka kata Rinji, “Inilah Ibraha anak hamba.”
Maka Ibraha pun menyembah kaki raja Yaman. Maka titah raja Yaman, “Engkaulah Ibraha?” Maka sembah Ibraha, “Hmabamulah. Ibraha yang bersama-sama dengan tuaknu pada masa itu.”
Telah didengar raja Yaman akan kata Ibraha demikian itu, maka dipeluk diciumnya oleh raja Yaman akan raja Ibraha, seraya katanya, “Inilah perbuatan kita kedua telah sudahlah dibebaskan Allah taaal. Engkau tiada menyahaja memutuskan telingaku, dan aku pun tiada menyahaja memutuskan telingamu. Sekaliannya itu perbuatan Allah taal jua, berbuat dia bagi barang siapa yng dikehendakinya.”
Telah itu, maka raja Rinji pun memberi tempat akan raja Yaman sebuah rumah bertapa adat rumah raja-raja dengan hamba sahayanya lima enam puluh orang dan raja Rinji pun sediakala menghadap raja Yaman dan Ibraha pun sebagai pergi menghadap raja Yaman.
Maka titah raja, “Hai anakku, baik juga tuan sembahkan akan ayahanda, minya dikirimi surat denga sebuah perahu ke negeriku, memberi tahu kepada segala orang yang dalam Yaman mengatakan kita ada di sini.”
Maka kata raja Ibraha pun pergi menghadap ayahandanya, raja Rinji berpersembahkan seperti maksud raja Yaman itu. Setelah raja Rinji mendengar kata anakanda raja Ibraha demikian itu, maka ia pun bertitah, “Sebenarnyalah kata Tuan itu.” Lalu baginda menyuruh sebuah perahu kepada segagal menteri dalam negeri Yman.
Setelah samapai mereka itu, maka surat daripada raja Rinji itu pun diberikan oleh utusan kepada menteri dalam Yaman. Maka disambut oleh mereka itu, lalu dibacanya. Setelah didengar oleh mereka itu bunyi surat itu demikian, maka mereka itu pun pergilah dengan beratus-ratus perahu ke negeri Rinji akan menyambut rajanya.
Setelah sampai segala menteri itu, lalu naik menghadap rajanya. Maka raja Yman terlalu amat sukacita dan berjabat tangan dengan segala menteri dan hulubalangnya.
Hatta beberapa hari antaranya segala menteri hulubalang dinegeri Yaman berjamu-jamuan dengan sukacitanya, maka raja Yaman pun bermohonlah kepada raja Rinji hendak pulang ke negerinya. Maka dipersembahkan raja Rinji emas dan pakaian dan juadah akan raja Yaman. Maka raja Yaman pun berjabat tangan dengan raja Rinji dan memeluk mencium raja Ibraha lalu berjalan turun ke perahunya, maka raja Yaman pun berlayar, diiringkan segala menteri hulubalangnya. Berapa lamanya dalam laut maka sampailah raja Yman ke negerinya, lalu masuk ke dalam istananya dengan sukacitanya. Maka sentosalah negeri Yaman. Sediakala berkasih-kasiahan dan bersuruh-suruhan antara raja Yman dan raja Rinji, tiadalah berkeputusan.
Demikian hikayat orang yang diampuni dosa seorang denga sebenarnya, dan mengikut hukum kitab Allah taala. Bahwa Allah taal jua Tuhan, yang membalas dengan segera balas itu dalam dunia dan dalam akhirat.

(Hikayat Kalilah dan Damimah)


0 komentar:

Posting Komentar